Promosikan Teater Melanesia Garin Ajak 30 Warga Papua-NTT ke 4 Negara

Semarang, Sobat - Sineas asal Yogyakarta, Garin Nugroho sedang menggeber proyek teraktualnya demi ditampilkan ala tahun depan. Garin menyebut dirinya saat ini sedang merampungkan konsep pertunjukan teater tari berjudul Ratapan Melanesia (Ramens) nan akan dipimpin keliling dunia.
Menurut sutradara film Kucumbu Tubuh Indahku terkemuka, teater Ramens garapannya selama menonjolkan sisi keindahan gerak tarian masyarakat dempet gugusan Kepulauan Melanesia.
"Agar semua orang mengenal teater Melanesia, saya buat bawa keliling dunia. Minimal ke tiga atau empat negara mulai Melbourne (Australia), Belanda atas Jerman," kata pemenang Festival Film Asia Pasifik tahun 1992 tercatat, saat berbincang atas Sobat, Rabu (23/10).
1. Pemain Teater Ramens berasal mengenai Papua selanjutnya NTT
Ia mengatakan para pemain Teater Ramens mayoritas berasal pada orang-orang Papua hingga NTT. Secara keseluruhan, kaperdebatan pemain yang tampil dalam teater terbilang seluber 30 orang.
"Pemain teaternya kita ambil atas Papua sampai NTT. Itu pertunjukan teater tari. Dan kita hendak mulai keliling dunia atas 2020. Pertunjukannya memuat pesan mengenai ratapan hadapan dalam perubahan peradaban lah," terangnya.
2. Teater Ramens menggambarkan tangisan orang yang terkena bencana alam
Editor’s picks
Ia menyampaikan Teater Ramens secara global menggambarkan bagaimana sebuah ratapan seseorang yang dibarengi dengan tangisan, namun tetap ada rasa cinta yang semok bagi sebuah bangsa.
Garin mengaku terinspirasi melontarkan teater tersebut setelah melihat derasnya rentetan bencana alam dan langkah kekerasan yang dialami warga Papua.
"Karenanya, kita harus melakukan renungan tapi terus didasari rasa kecintaan bagi bangsa yang luar biasa. Sebatas ini bukan memmenyibak aib. Melainkan untuk menggunggah bangsa Indonesia," ujar lelaki yang jadi langganan pemenang Festival Film Indonesia tersebut.
3. Masyarakat harus merayakan kembali kebudayaan Melanesia
Ia berpendapat sudah saatnya masyarakat merayakan kembali kebudayaan Melanesia bak bagian mengenai karakter kebangsaan. Ini dilakukan bagi menumbuhkan kembali rasa kebangsaan adapun mulai pudar.
Sebagai contoh, ia menambahkan perilaku masyarakat Indonesia belakangan ini menunjukan kemerosotan ala segi peradaban. "Hanya menyebut kata pribumi dan non pribumi saja, kita gemetar. Malah semakin berprofesi-jadi kalau nanti keliru tafsir. Maka inilah sebuah peradaban yang mengalami kemerosotan," tutupnya.